8 Februari 2011

Pertahankan Seni Sunda di Sukabumi

Radar Sukabumi -- Seni Sunda gamelan yang sudah jarang kita dengar di lingkungan Sukabumi kini dengan adanya Euis Masripah (51 tahun) dan Eman Sulaiman(54 tahun) dengan diberi nama gruop Gapura Emas, Nama ” Gapura Emas ” sendiri mempunyai makna :
Gapura –> Garapan Sapala Putra, Emas-> Euis Eman Sulaiman. Gapura Emas ini selalu tampil dari pangung ke panggung untuk memenuhi undangan yang mereka dapat jika ada acara pernikahan. Gapura Emas ini dipimpin Euis Eman yang sudah berjalan sejak tahun 1998 ini mengaku sangat senang dengan memajukan Seni Sunda. Sejak kecil saya sudah di ajarkan oleh ibu saya, ujar Euis kepada Radar Sukabumi.
Salah satu alat musik yang digunakan Gamelan Seni Sunda ini adalah degung yang digunakan dari salah satu alat kesenian yang merupakan gamelan khas dan asli hasil kreatifitas masyarakat Sunda terdahulu hingga sekarang.
Kekreatifan dalam berkraesi seni, Euis dan suaminya, Eman, anak-anak Euis juga saudaranya ikut meramaikan musik seni tersebut maka dengan itu jika Euis dan Eman manggung maka merekapun ikut serta dalam membunyikan peralatan seninya itu dan mereka adalah salah satu bagian dari grup Gapura Emas yang terdiri dari 25 orang. Mereka sangat berantusias untuk membangun kembali seni Sunda terutama di Sukabumi. Karena seni Sunda di Sukabumi terutama gamelan ini jarang dijumpai Di daerah Sukabumi, tapi untungnya kami mempunyai sanggar Seni Sunda Gamelan. "Namun jarang sekali yang mengunjungi karena tidak adanya keinginan dari masyarakat Sukabumi untuk memajukan seni Sunda sendiri,"ujar salah satu pemukul alat seni Gamelan Sunda itu yang juga dibenarkan Euis.
Selain musik Sunda yang dikumandangkan Grup Gapura Emas itu menyediakan sanggar Tari Jaipong di daerah Nagrak Selatan Kec Nagrak Kab Sukabumi. Sehingga jika Grup Gapura Emas itu manggung ada tarian Sunda yang di sajikan kepada para penonton undangan.
"Dulu seni gamelan ini sering ada dimana-mana namun sekarang sudah jarang,"kata Euis. Menurutnya, banyak budaya Sunda itu namun semakin banyaknya budaya luar masuk ke dalam lingkungan Sunda, maka tidak aneh kalau seni Sunda semakin tersingkirkan zaman. "Tidak heran kalau pemuda Sunda zaman sekarang kurang mengenal dan juga kurang perhatiaannya terhadap budaya Sunda. Karena kebanyakan di antara mereka sudah tidak perduli dengan budaya Sunda serta tidak ingin tahu tentang Sunda,"prihatinnya.
Euis menambahkan untuk mengenalkan satu budaya Sunda perlu waktu yang lumayan lama. "Contohnya Lagu Pop Sunda, anak Sunda kurang lebih 80 persen tidak suka. Apalagi dengan budaya yang lain yang lebih sakral, seperti wayang golek, pencak silat, dan juga debus,"tandasnya. Kebanyakan dari mereka tidak mau melihat apalagi belajar untuk memainkan seni Sunda tersebut, padahal belum dicoba.(rp3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar