17 Januari 2011

Dewan Merasa Ditampar

Kasus Pemulung Makan Sampah, Pemkot Harus Tanggungjawab
foto :perli/radar sukabumi
RADAR SUKABUMI -- Telinga Anggota DPRD Kota Sukabumi dibuat panas dengan kasus pemulung TPA Cikundul Lembursitu yang terpaksa makan sampah gara-gara tak memiliki cukup uang. Mereka meminta Pemkot Sukabumi bertanggungjawab dengan fenomena yang kabarnya terjadi cukup lama dan menjadi hal biasa bagi mereka saat mencari rezeki di antara tumpukan sampah. 
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Sukabumi Tatan Kustandi menyatakan jika selama ini pemkot tak peduli dengan urusan masyarakat kelas bawah. Ia menuding, program-program kesejahteraan sosial yang selama ini selalu didengung-dengungkan tidak pernah sampai. Imbasnya, visi misi Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi mewujudkan masyarakat sehat, lebih cerdas dan lebih sejahtera tidak pernah tercapai maksimal. 
"Mereka adalah saudara kita. Apapun kondisinya, pemkot selayaknya memperhatikan kehidupannya. Jangan sampai, kondisi yang terjadi bertolakbelakang dengan visi dan misi Kota Sukabumi. Ini bisa memalukan," jelas pria yang juga Ketua Forum Rakyat Miskin Bersatu (FRMB) ini. 
Sementara, Ketua DPRD Kota Sukabumi Aep Saepurrahman meminta pemerintah segera melakukan tindakan nyata agar kasus itu tidak berlarut-larut terjadi. Sebab, meski makanan dalam tumpukan sampah menurut mereka masih layak dimakan, namun tetap saja, kebersihan dan kelayakannya dipertanyakan. Ia khawatir, proses perpindahan makanan menuju TPA, mengandung zat atau bakteri berbahaya yang tidak baik dikonsumsi. "Ini tidak boleh berlanjut, saya harap pemerintah khususnya Asda II yang membidangi kesejahteraan harus segera bertindak," harapnya yang mewanti pemkot agar tak membeda-bedakan asal usul daerah pemulung dalam melakukan penanganan kasus tersebut . 
Sementara itu, Asda II Kota Sukabumi Deden Solehudin mengaku akan melakukan inventarisir pemulung di sana bersama Dinas Pengelolaan Persampahan, Pertamanan dan Pemakaman (DP4) Kota Sukabumi. "Kita akan menganalisa mengapa mereka memiliki kebiasaan itu," singkatnya. 
Seperti diberitakan sebelumnya (15/1) pemulung tersebut terdapat sekitar 40 anak dibawah usia dari sekitar 200 pemulung yang memakan makanan dari tumpukan sampah. Di antara anak-anak itu ada pelajar PAUD Cikundul berusia 4 tahun, Totong dan Siswa Madrasah Iptidaiyah (MI) Pangkalan, Aditiya (8). "Bahkan di sini ada balita yang masi merangkak dibawa memulung," ujar Oom (55), seorang pemulung. Kebiasaan itu kata dia didasarkan keterbatasan ekonomi para pemulung seperti dirinya. "Kami karena kekurangan. Ya, namanya juga menggembel," akunya yang memiliki penghasilan sekitar Rp5 ribu-Rp10 ribu per hari. (ryl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar