22 Februari 2011

Ngabungbang di Sukawayana Palabuhanratu

Radar Sukabumi --Upacara adat ngabungbang di Palabuhanratu masih menjadi magnet luar biasa dari warga luar kota Sukabumi. Terbukti upacara yang difasilitasi Inna Samudera Beach Hotel (SBH) Palabuhanratu ini tetap dipadati ratusan peserta dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi (Jabodetabek), Subang, Indramayu, Cirebon hingga Jogyakarta. Para peserta ini jauh-jauh datang ke Sukabumi hanya ingin membersihkan dan menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk menghindarkan segala perilaku tidak baik, lahir maupun batin.
"Kami sekeluarga tiap tahun rutin mengikuti Ngabungbang. Ini hanya mengungkapkan rasa syukur pada Allah SWT, selain itu ingin melestarikan budaya," kata Suganda (77) salah seorang peserta Ngabungbang asal Subang kepada Radar Sukabumi, dini hari kemarin.
Pantauan wartawan koran ini, tepat pukul 24.00, para peserta bersiap-siap menuju muara Sungai Cisukawayana, Palabuhanratu, setelah sebelumnya para peserta Ngabungbang disuguhi pagelaran seni sunda dari siswa SMK Al-Fajar Palabuhanratu. Setelah itu, berlanjut dengan proses labuh saji (menjatuhkan sesajen dan nasi tumpeng ke laut Pantai Palabuhanratu-red).
Tak menunggu lama, sejumlah panitia memberikan aba-aba supaya peserta bersiap-siap menuju muara Sungai Sukawayana. Hanya diterangi cahaya obor, para peserta terdiri tua, pemuda/remaja sampai anak-anak berbaris menghampiri muara Sungai Sukawayana. 15 menit saat sampai di muara Sungai Cisukawayana, peserta yang mengunakan pakaian putih putih dan hijau-hijau atau sesuai aliran kepercayaan kelompok masing-masing, turun ke sungai dan berendam. Suasana muara Sungai Sukawayana berubah menjadi ramai oleh para peserta Ngabungbang.
"Tradisi ritual Ngabungbang merupakan warisan budaya spiritual
leluhur Siliwangi. Acara ini juga dikaitkan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW," kata salah satu pimpinan kelompok peserta Ngabungbang, Abah Enjang.
Pria paruh baya yang lebih akrab dipanggil Abah Besi ini mengatakan, Ngabungbang berasal dari kata "Nga" dan "Bungbang". "Nga" artinya
menyatukan dan bungbang adalah membuang atau
membersihkan."Bisa juga diartikan Ngabungbang itu mandi
suci dengan tujuan meminta hanya kepada Allah SWT untuk memohon ampunan dan bertobat dari segala kesalahan yang telah diperbuat. Selain memohon
kekuatan untuk kebaikan dalam mencapai segala cita-cita yang diinginkan," tutur Abah Besi.
Sebelum berendam dan mandi lanjut Abah Besi meminta ara peserta terlebih dahulu berdoa di dalam hati dengan tetap memakai penutup aurat. Wajib membenamkan seluruh badan dari kaki hingga kepala sebanyak tujuh kali. Hal itu sebagai simbol mujahadah,yakni mengosongkan atau menyempurnakan hati dari tujuh tingkatan sifat nafsu hati manusia.
Menurut dia, ritual Ngabungbang di muara Cisukawayana Palabuhanratu, sudah ada sejak zaman Kerajaan Medang Gali (Galih/Galuh) tahun 175 M-205 M.
Tradisi ritual Ngabungbang ini tujuannya tidak menyimpang dari
ajaran Islam sehingga tradisi ini selalu dilaksanakan tiap tahun di
Muara Cisukawayana Palabuhanratu, setiap tanggal 14 bulan Mulud tahun
Hijriah. (wan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar