2 Mei 2011

Anak Tokoh DI/TII Angkat Bicara

Sukabumi -- Sarjono Kartosuwiryo, anak kandung ke-12, tokoh pergerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, menyebut jika kelompok Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9), sudah terkena virus alias gerakannya sesat menyesatkan karena sudah mengadakan tindakan-tindakan yang abnormal, seperti tindakan kriminal dan teror yang akhir-akhir ini terjadi.
Hanya dalam hal inipun Sarjono menyayangkan tindakan pemerintah yang terkesan melakukan pembiaran dan setengah hati memberangus gerakan NII KW 9. Padahal ia mengklaim kalau informasi kesesatan NII KW 9 telah diberikan kepada intelejen negara. Menurutnya, sampai kini gerakannya masih hidup dan independen. Di antara orang-orang yang aktif di KW-IX, tegas Sarjono, tidak ada satu pun anak atau bekas anak buah MS Kartosuwiryo. Semua adalah orang-orang baru yang mengambil isu NII supaya produknya bisa dijual.

"Yang saya tahu ada sembilan KW. Pertama KW-1 di Priangan Timur, KW-2 di Jawa Tengah, KW-3 di Jawa Timur, KW-4 di Sulawesi, KW-5 di Aceh, KW-6 di Sumatera selain Aceh, KW-7 di Garut dan Bandung, KW-8 di Kalimantan, dan KW-9 di Jakarta. Hanya memang untuk KW-9, gerakan agak lain," terang Sarjono Kartosuwiryo kepada sejumlah wartawan saat menyambangi Ponpes Al-Istiqomah Panglengseran Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Pimpinan KH Buya Royanudin AS, dalam rangka pelantikan PP Liga Muslim Indonesia (LMI), akhir pekan lalu.
Sebagai anak bungsu (alm) SM Kartosuwiryo, dia mengaku kaget ketika sampai saat ini ada gerakan yang menamakan diri sebagai NII. Apalagi ada yang menghubung-hubungkan gerakan NII dengan DI/TII pimpinan SM Kartosuwiryo. Padahal gerakan yang sempat merepotkan pemerintahan RI di masa revolusi fisik tersebut. DI/TII SM Kartosuwiryo itu sudah berakhir sejak 1962 lalu.
"Saya justru kadang balik bertanya kepada diri sendiri saat ada gerakan mendirikan negara Islam, apa mungkin negara Islam dibangun di Indonesia dalam keadaan seperti ini. Sepanjang perhitungan saya dan pertimbangan akal sehat manusia, itu tak mungkin, kecuali hanya untuk menjual isu belaka," terangnya.
Pria yang memilih aktif di di Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) ini menjelaskan, tujuan mendirikan DI/TII yang dilakukan ayahnya saat itu dilakukan untuk mengangkat Islam dan bangsa Indonesia dari kondisi keterpurukan penjajahan menjadi bangsa yang terhormat di mata dunia. Tapi cita-cita belum tercapai karena saat itu para pengikut DI/TII di seluruh wilayah Indonesia baru berjumlah 40 ribu dari total jumlah penduduk Indonesia yang waktu itu sudah berjumlah 40 juta." Jadi, rasionya satu berbanding seribu. Itu suatu kepemimpinan yang tidak mungkin," imbuhnya.
Akhirnya kata Sarjono, gerakan DI/TII berakhir pada 1962 dengan keluarnya Maklumat Imam yang menyerukan untuk mengakhiri tembak-menembak dan kembali ke pangkuan Republik Indonesia. "Jadi sekarang tidak ada lagi istilah angkat senjata, kalaupun sekarang masih ada, itu bukan DI/TII tapi NII gadungan," tambahnya.
Di tempat yang sama, Pimpinan Ponpes Al-Istiqomah, KH Buya Royanudin AS mengatakan, diundangnya Sarjono Kartusuwiryo ke lembaga yang dipimpinnya, itu semata-mata hanya undangan biasa. Sebab Sarjono Kartosuwiryo merupakan Dewan Pakar PP LMI."Tidak ada kaitannya dengan isu-isu NII sekarang. Beliau kami undang hanya sebagai pembicara saja untuk menambah khasanah sejarah,"singkatnya.

Kapolri Perintahkan Penyelidikan Aksi Tipu NII

Mabes Polri akhirnya resmi melakukan penyelidikan terhadap dugaan pidana kelompok berkedok NII. Namun, Korps Bhayangkara hanya menyidik tindak pidana penipuan. Masalah NII sudah dalam penyelidikan. Sedang dicari aspek pelanggaran pidananya, ujar Kapolri Jenderal Timur Pradopo di lapangan Monumen Nasional, Jakarta kemarin. Kapolri hadir di Monas untuk apel siaga pengamanan KTT ASEAN, kemarin (1/5).
Timur menjelaskan, upaya penyelidikan polisi telah menemukan sedikit titik terang. Polisi telah menemukan dugaan adanya pelanggaran hukum. Unsurunsur seperti penipuan, katanya. Namun, Kapolri membantah adanya rencana membuat negara baru seperti era Kartosuwiryo. Bukan yang itu. Tidak ada rencana itu, kata Timur.
Sebelumnya, mantan anggota NII Solahudin mengungkapkan, pada kurun 2005-2008 NII gencar menggalang investasi emas kepada para anggotanya. Emas yang terkumpul bahkan mencapai dua ton. Emas tersebut kemudian dikonversi ke duit berupa Rp 250 miliar dan diinvestasikan ke Bank Century.
Robert Tantular disebut Solahudin akrab dengan para pimpinan NII. Ternyata Bank Century kolaps. Duit yang diinvestasikan tak bisa diminta kembali. Kondisi itu diperparah dengan jumlah iuran bulanan NII yang menurun. Saat masa puncak dulu, jumlah total iuran semua anggota mencapai Rp 9 miliar. Kini, jumlah itu melorot menjadi Rp 5 miliar per bulan. (rdl/wan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar